Selasa, 28 Januari 2014

PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL PENELITIAN
TRADISI UPACARA PENGABENAN TIDAK MEBAKAR PUNCAK PELAKSANAANNYA DI SUNGAI DI DESA PEDAWA KECAMATAN: BANJAR KBUPATEN: BULELENG
(KAJIAN PENDIDIKAN  AGAMA HINDU)
         
Dosen Pengampu : I Ketut Pasek Gunawan, M.Pd.H
New Logo IHDN Denpasar







NI LUH PUTU ASTINI
NIM: 10.1.1.1.1.3865



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2014
A. JUDUL: TRADISI UPACARA PENGABENAN TIDAK MEBAKAR PUNCAK PELAKSANAANNYA DI SUNGAI DI DESA PEDAWA KEC: BANJAR KAB: BULELENG (KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU)

B         Latar belakang
            Tri Rna tata berasal dari kata tri yang berarti tiga dan Rna yang berarti hutang. Jadi Tri Rna tata artinya tiga hutang yang dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Mereka saling memerlukan dan membutuhkan satu sama lainnya. Dengan hidup bersama dan berkelompok mereka saling keterikatan yang disebabkan oleh adanya rasa kasih sayang dan tolong-menolong.
Pitra Yajna adalah suatu upacara pemujaan dengan hati yang tulus ikhlas dan suci yang di tujukan kepada para Pitara dan roh-roh leluhur yang telah meninggal dunia. Pitra yajna juga berarti penghormatan dan pemeliharaan atau pemberian sesuatu yang baik dan layak kepada ayah-bunda dan kepada orang-orang tua yang telah meninggal yang ada di lingkungan keluarga sebagai suatu kelanjutan rasa bakti seorang anak ( sentana ) terhadap leluhurnya.
 Pelaksanaan upacara Pitra Yajna di pandang sangat penting, karena seorang anak ( sentana ) mempunyai hutang budi, bahkan dapat di katakana berhutang jiwa kepada leluhurnya. Kita ada karna ibu dan bapak ada karna kakek dan Nenek,begitu seterusnya. Jadi kita ada karna  atas jasa mereka,kita telah berutang kepada mereka .utang kepada leluhur di sebut Pitra rena utang ini harus di bayar kepada leluhur dengan melaksanakan Pitra Yajna. Upacara menghormati leluhur dalam tradisi Hindu di sebut Srdha,
Upacara pitra yadnya yang harus kamu lakukan Hendaknya setiap harinya melakukan Sradha dengan mempersembahkan nasi atau dengan air dansusu dengan ubi-uban.Dan dengan demikian ia menyenangkan para leluhur-leluhur kita (Wikarman 2002)
Itihasa Ramayana (Rahmayana 1.3), memberikan landasan  hukum  akan Adanya Pitra Yajna itu. terjemahan  kutipannya adalah sebagai berikut:
sangat bijaklah sang dasaratha tahu beliau pada veda, bukti kepada dewa-dewa tidak pernah lupa memuja leluhur, kasih beliau pada keluarga semua”  (Wikarman 2002)
Melaksanakan Pitra yajna adalah kewajibanpretisantana (pewaris). Sebelum selesai melaksanakan Pitra Yajna ini, ia belum berhak  mewarisi. Tugas pretisentana adalah sampai melinggihkan dan memujanya di sanggah kemulan. Setelah kewajiban ini dilaksanakan,barulah pretisentane itu berhak atas warisan.  Hal ini berarti bahwa pelaksanaan pitra Yajna leluhurnya akan terkait pada hukum pewarisan. Seorang Pretisentana akan kehilangan  hak warisnya bila ia ninggal kadaton dan tidak melaksanakan kewajibannya.
            Di muka telah di jelaskan bahwa Pitra yajna wajib hukumnya untuk di laksanakan oleh Pretisentana untuk itu perlu di perinci lebih lanjut,jenis upacara mana yang  tergolong pitra yajna. Pitra yajna yang berarti korban suci  kepada leluhur secara garis besarnya dapat dibagi dua yaitu:
1. memelihara ketika ia masih hidup
2. penyelenggaran upacara setelah kematian
Pemeliharaan orang tua ketika masih hidup,berupa memelihara kesehatan menjamin ketenangan batinny,dan selalu memuaskan batin orang tua dapat di tempuh dengan bermacam-macam cara.Namun cara yang terpenting adalah selalu mengindahkan nasihatnya dan mohon restun untuk segala tindakan  yang akan di ambil.ini lah beberapa hal yang dapat menentramkan hati orang tua itu,inilah pelaksanaan Pitra Yjna, ketika ia masih hidup.
            Pelaksanaan upacara setelah kematian yang di maksud adalah penyelenggaraan upacara untuk jenasah (sawe) nya, juga penyelenggaraan penyucian rohnya untuk dapat kembali ke asalnya. Adapun perincian upacara kematian adalah
1. membersihkan sawenya (mresihin)
2.Mendem atau ngurung sementara karna suatu hal belum bisadiaben
3. ngaben atiwa-tiwa
4.Meroras atau memukur
            Upacara 1 s/d 4 disebut sawe wedane, yang artinya, penyelenggaraan upacara terhadap sawanya yang pokok. Sedangkan upacara mroras adalah upacara penyucian rohnya, atauatma wedana. Roh atau Atma yang telah disucikan disebut Dewapitra, yaitu pitra yang telah mencapai tingkatan dewa  ( siddhadewata ). Oleh karna itu upacara setelah meroras, tidak lagi tergolong pitra yajna, tetapi sudah masuk Dewa yajna upacara ini adalah Ngalinggihang atau nuntun DewaHyang.
            Kemudian setelah Dewa Hyangnya melinggih, maka setiap enam bulan sekali, diadakan upacara Ngodalin , demikianlah pitra yajna merupakan hukum yang wajib di laksanakan oleh umat Hindu, sebagai balas jasa dan pembayaran utang kepada leluhurnya.
            Pelaksanaan Upacara Pitra Yajna kususnya upacara Pengabenan di masing-masing Daerah di Bali umumnya sama, namun ada beberapa Desa Bali Aga yang memiliki tradisi sangat unik lain daripada Desa yang lain. Di Bali secara umum, upacara pengabenan biasanya di laksaanakan di Kuburan dan Mebakar. Namun ada pula di beberapa Desa upacara Pengabenan tidak di laksanakan di Kuburan dan tidak Mebakar.
 Desa Pedawa  upacara pengabenannya sangatlah unik berbeda dengan Desa lain. Di Pedawa Upacara Pengabenannya tidak Mebakar tidak menggunakan Bade dan Mise dan puncak pelaksanaannya di Sungai. Serta menggunakan Ayam sebagai simbul dari Atma yang di upacarai. Maka dari itu pada penelitian ini penulis meneliti tentang Tradisi Upacara Pengabenan di Desa Pedawa yang di kaitkan dengan nilai-nilai Pendidikan agama Hindu.

C         Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosesi Upacara pengabenan di desa pedawa tidak mebakar?
2. Mengapa Pengabenan di desa Pedawe tidak mebakar serta tidak menggunakan Bade dan Lembu ?
3. Nilai Pendidikan apa yang terkandung dalam upacaera Pengabenan di Desa Pedawa ?


D.Tujuan Penelitian
Setiap suatu kegiatan yang dilakukan pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan kegiatan atau penelitian yang saya lakukan di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian untuk dapat memberikan pemahaman tentang Upaacara Pengabenan tidak mebakar kepada masyarakat Hindu secara ummu serta masyarakat di Desa Pedawa khususnya. Yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam pelaksaan upacara keagamaan yang berkaitan  dengan Upacara Pengabenan.

2.      Tujuan Khusus
1. Ingin mengethui prosesi Upacara Pengabenn di Desa Pedawa  
    2. Ingin mengetahui Pengabenan di Desa Pedawa tidak mebakar serta tidak                        menggunakn Bade dan lembu.
3. Ingin mengetahui Nilai pendidikn apa yang terkandung dalam upacara pengabenan di desa Pedawa .
E.        Manfaat Penelitan
            Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki manfaat dari penelitian yang dilakukan, adapun manfaatnya yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritisnya.


 1.1 Manfaat Teooritis
         Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai upacara Pitra Yadnya yang terdapat di Bali kusussnya upacara Pengabenan tidak mbakar yang di laksanakan di desa pakraman Padawa yang memiliki Nilai pendidikan agama hindu.
  
1.2   Manfaat praktis
            Secara praktis hasil penelitin ini adalah : diharapkan dapat sebagai masukan bagii umat Hindu agar bentuk, fungsi, makna dan nilai pendidikan Ngaben tidak mebakar dapat di ketahui. hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan bahwa ngaben tidak mebakar memiliki nilai dan arti yang sangat luas
            Pnelitian ini juga memiliki manfaat bagi Mahasiswa sebagai latihan dalam penulisan karya ilmiah selain itu penelitian ini di harapkan dapat merangsang pihak-pihak yang bermnat untuk melakukan penelitian lanjutan.

F          Kajian Pustaka
            Kajian pustakayang akan dikaji dalammendukung penelitian baik dalam bentuk pustaka-pustakaberupabuku-buku karya tulis atau sekripsi yang di pandang perlu dan bermanfaat dalamupaya melaksanakan yang berjudul Tinmjauwan upacara Ngaben dikuburbagikeluarga adat Seraya di Desa adat Gerokgak kecamatan Gerokgak kabupaten Grokgak, Hasil penelitiannya menujukkan bahwa pelaksanaan upacara ngabnen di kubur adalah salah satu pelaksanaan upacara ngaben yang hanya dimiliki oleh warga adat serayaupacara ini lahir dan berkembang pertama kali di desa Seraya kecamatan Amlapura kabupaten Karangasem. Makna simbolik upacara ngaben di kubur adalah sebagai perwujudan swadharma atasdasar keimanan atau keyakinan umat khususnya warga seraya untuk mempercepat proses kembalinya badan kasar ke  unsur panca Maha Butha
            Mengenai rangkaiyan pelaksanaan upacara ngaben dikubur yaitu diawali dengan pelaksanaan sawe pretekevyaitu upacara memandikan jenazah disertai dengan kelengkapan upacaranya lalu di usung ke kuburan.
            Kontribusi terhadap penelitian yang di lakukan adalah dapat di gunakasebagai bahan banding dalammengkaji proses serta sarana dan prasarana dalam rangkaiyan proses Tradisi upacara ngaben tidak mebakar puncak pelaksanaannya di sungai di desa pedawa sehingga dapat mem,berikan gambaran tentang beberapa kompenen ataupun proses atau sarana dalamrangkaiyan upacara kematian.
            Sutari (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Upacara pengabenan Madule Kauh Bagi para Gotra  sentana DalamTarukan di Banjar Adat sengguan kabupaten Buleleng ( Persepektif pendidikan agama) menyatakan bahwa sejarah awal pelaksanaan upacara ini hanya dilandaskan dalam babad pulasaribahwa putri beliau dalam dalamtarukan yang bernama  I gusti Luh Wanagiri tanpa men  pada waktu wafat mayatnya di kubur dengan keoalamenghadap ke barat halinilah yang diwarisioleh penerusnya ( pritisentana ) hingga saatini masih mentradisi di kalangan keturunan ( santana dalamtarukan
            Marma (2009) Dalampenelitiannya Berjudul Tradisi penguburan Mayat tanpa menggunakan dewasa Ayu padamasyarakat di Desa Tigawasa kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng persepektif kalian nilai-nilai pendidikan agama hindu.mengemukakan bahwa proses pelaksanaan penguburan  mayat tanpa  menggunakan dewasa ayu ini di mulai dari orang yang baru meninggal sampai dengan propesi pengenguburan mayat. Baik yang langsung di kubur maupun yang langsung di aben. Dengan proses serta sarana upakara 

G         Konsep
            Konsep merupakan satu Syarat yang ada dalamkegiatan penelitian atau penulisan karya ilmiah Halini disebabkan konsep mampu menggambarkan sejumlah variabel terhadap topik yang di teliti konseo juga di pakai menjabarkan hasil-hasilpenelitian sebeliumnya dan dibandingkan dengan penelitian yang akan dilaksanakan guna menjawab permasalahan yang akan diteliti ( sudjarwa 2001:13)dalam penelitian terhadap Tradisi upacara ngaben tidak mebakar puncak pelaksanaannya di sungai di Desapedawa kecamatan banjar kabupaten bulelengkajian pendidikan agama hindu maka konsep yang di kemukakan adalah

 1         Tradisi
            Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kbaik yang ecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Tradisi dalam bahasa latin tradition atau kebiasaan dalampengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lamadan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyaraka, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau negara yang sama( www Wikipedia-enslikopedia.com)
   Tradisi-tradisi itu bagaikan pendulang biji intan yang mengolah karakter seseorang dan memberinya kilauan serta memperhalus untuk menghasilkan intan yang cemerlang sebagai produk jadi. Semua itu membentuk cara berpikir seseorang dan sekaligus memperhalus karakternya. Tradisi-tradisi yang dibentuk oleh Hinduisme merupakan penerapan praktis pemikiran-pemikiran yang maha mulia yang terkandung didalam kitab-kita suci seperti Veda, Smrti dan berbagai Purana.
Agama mengisyaratkan tradisi-tradisi serta adat yang dilakukan dengankehadiran api. Api bertindaksebagai saksi bagi semua adat, tradisi dan ritual. Segala bentuk ritual dilakukan tanpa kehadiran api dipandang sama mentahnya dengan makanan yang belum dimasak atau tidak diterima sebagai suatu dokumen tertulis dengan pensil di atas selembar daun ara.
Segala tindakan penting kehidupan Hindu harus dilakukan sesuai dengan adat, tradisi dan ritual atau upacara yang benar untuk memberinya makna kesungguhan religious dan kesucian. Banyak orang modern tidak mengindahkan tradisi dan adat tanpa menyadari bahwa ada nada logika dan alasan-alasan ilmiah dibalik semua itu. Sesungguhnya, hal itu adalah cap air yang membedakan kehidupan manusia dengan kehidupan seekor binatang. Satu-satunya hal yang tidak menguntungkan adalah beberapa tatanan religious yang disalah artikan, diberikan arah yang salah, disalah pahami dan disalah gunakan oleh unsur-unsur pribadi didalam hirarki relogius demi eksploitasi massa.

2. Upacara
            (Surayin 2005:9) Menyebutkan bahwa upacara berasal dari kata upa yang berarti “berhubungan”, dan cara yang berasal dari kata car yang berarti gerak kemudian mendapat akhiran a menjadi kata benda yang berarti “gerak”. Jadi upacra adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerak atau kegiatan dalam kata lain upacra adalh gerak (pelaksanaan) dari suatu yadnya. Pada umumnya upacara itu adalah bentuk materi yang juga disebut “banten”, sebagai mana diketahui yadnya di Bali selalu dilengkapi dengan sesajen-sesajen (upakara).

3. Ngaben
            Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi atau kelahiran kembali.

H. Teori Yang di Gunakan
            Suatau teori/konsep yang dijadikan dasar penelitian berguna untuk membaca fenomena emferik sehingga konsep/teori ini berfungsi untuk “to understand”, yaitu peneliti dapat mengerti tetang sesuatu merupaakn modal bagi peneliti untuk dapat menjelaskan “to describle” dan kadar lebih tinggi lagi adalah dapat mendiskripsikan secara cermat dan utuh “to explain”. Apabila peneliti sudah dapat menjelaskan ia daapt mengontrol atau mengevaluasi  suatu fenomena dan dapat membuat prediksi terhadap hasil-hasil temuan emperik. 
            Fungsi teori/konsep yang berangkat dari fenmena emperik dapat menjadi instrument untuk mengetahui suatu kondisi yang diinginkan di masa depan, atau disebut juga dengan “to predict”. Dengan teori yang tepat, peneliti dapat mengestimasi/memproyeksikan, tidak menutup kemungkinan kalau melalui teori masa depan dapat diramalkan arah kecendrungannya. (Satrio, Komariah.2011:7)

1.      Teori Struktural-Fungsional
           Teori merupakan sinteseis dari teori fungsionalisme dengan teori strukturalisme. Teori fungsionalisme berbicara soal kebutuhan hidup manusia, dan teori strukturalisme berbicara jaringan kehidupan yang mengatur kebutuhan.
Teori Struktural-Fungsional : Keseimbangan diantara tap-tiap kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan (fungsional) melalui hubungan yang harmonis diantara anggota masyarakat (structural).

2. Teori Religi
            Emmosi keagamaan yang mencul itu membutuhkan suatu ojek tujuan. Mengenai apa yang menyebabkan bahwa sesuatu hal menjdi obye dari emosi keagamaan, bukanlah terutama sifatnya yang luar biasa atau aneh dan megah, tetapi adanya tekanan berupa anggapan umum dalam masyarakat. Misalanya karena salah satu peristiwa secara kebetulan pernah dialami orang banyak. Obyek yang menjadi tujuan emosi keagamaan juga dapat bersifat sacre (keramat), sebagai lawan dari sifat profane (tidak keramat), yang tidak memiliki nilai keagamaan.

3. Teori Nilai
Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika. Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas mengenai keindahan. Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai. Perbedaan antara nilai sesuatu itu disebabkan sifat nilai itu sendiri. Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra.
Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai logika. Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa golongan dan mepunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu. Seperti nilai yang dikemukakan oleh agama, positivisme, pragmatisme, fvtalisme, hindunisme dan sebagainya.



I.          Metode Penelitian
            Penelitian merupakan aktifitas yang menggunakan kekuatan pikir dan aktifitas observasi dengan meggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan guna memecahkan suatu persoalan. Aktifitas pikir dalam penelitian bukaan semata-mata memindahkan teori-teori yang sudah mapan hasil pikir authoritative dan intuitif kedalam suatu rencana penelitian untuk dibuktikan kebenarannya, akan tetapi merupaakn aktifitas pikir ilmiah. Artinya peneliti paham bagaimana melakukan penelitian untuk menguji teori-teori atau menemukan yang masih rahasia dengan menggunakan kerangka berpikir yang rasional yang dapat menganalisis data/fakta secara ilmiah sehingga menjadi teori yang teruji kebenarannya dan berrti bagi pemecahan masalah dan pengembangan ilmu. Untuk memproleh teori yang benar, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah. Artinya penelitian berdasarkan atas teori-teori, prinsip-prinsip serta asumsi dasar ilmu pengetahuan. (Satrio, Komariah.2011:3-4)
           
1. Pendekatan
            Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak daapt dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif proses suau langkah kerja, formula suatu resep, pengertia-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, tata cara suatu budaya dan yang lainnya. menurut (Mulyana:2003 dalam Satrio, Komariah.2011:22-23) pendekatan kualitatif cendrung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistik fenomenologis, dan penelitian etnografi.
            Pendekatan kualitatif atau disebut juga pendekatan naturalistic adalah pendekatan yang menjawa permasalahan penelitiannya memerlukan pemahaman secara mendalam untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan.      
            Penelitian kualitatif merupaakn suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi social tertentu dengan mendiskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diproleh dari situasi yang ailmiah. (Satrio, Komariah.2011:22-23)
            Jadi pendekatan penelitian kualitatif merupaakn suatu pendekatan yang digunakan untuk mengeksplor suatu fenomena yang berkaitan dengan sosial budaya, bersarkan fakta-fakta yang terdapat dilapanangan.

Pendekatan Ex Post Facto
            Kerlingger (1973) penelitian kausal komparatif yang disebut juga sebagai penelitian Ex Post Facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variable bebas secara langsung karena eksistensi dari variable telah terjadi.
2.  Lokasi Penelitian
            Lokasi dari penelitian yang penulis lakukan yaitu di Desa Pakraman Pedawa, Kecamata Banjar Kabupaten Buleleng. Alasan penulis memilih Desa Pakraman Pedawa sebagai tempat penuli untuk melakukan penelitian di Desa ini karena Desa Pakraman Pedawa merupakan salah satu Desa Bali Age yang terdapat di Daerah kabupaten Buleleng. Dan tradisi Upacara pengaben tidakmebakar yang terdaapat  Desa Pakraman Pedawa cukup menarik bagi penulis unuk dijadikan bahan penelitian.

3.         Subjek dan Objek Penelitian
            Dalam melakukan suatu penelitian yang bersifat akademis, maka sudah tentu harus ditentukan objek penelitiannya.Untuk mencapai suatu penelitian dimaksud, disamping menentukan objek penelitian juga harus menentukan subyek penelitian sebagai sumber pendukung.

3.1  Subjek Penelitian
                Suatu penyelidikan terlebih dahulu ditentukan Subjek Penelitian. Subjek Penelitian adalah sumber utama pada penelitian yang memiliki data mengenai variable-variabel yang diteliti. Dalam penyelidikan ini criteria pemilihan Subjek adalah tingkat masalah-masalah yang diteliti. Selain itu, daftar informan juga sangat diperlukan dan penting untuk diperhatikan. Informan adalah seseorang yang dapat dijadikan sumber data yang baik secara lisan maupun tertulis yang memiliki kreadibilitas terhadap subjek penelitian.
          Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat Hindu di Desa Pakraman Pedawa yang melaksanakan upacara pengabenan tidak mebakar.  .



3.2   Objek Penelitian
          Objek Dalam penelitian ini adalah  Tradisi pengabenan tidak mebakar yangdilaksanakan di sungai,yang terdapat di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

4.         Jenis Data  dan Sumber Data Penelitian
4.1        Data Primer
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kita memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2) Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta biaya.

4.2    Data  Skunder
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.

5.      Teknik Penentuan Informan
            Informan adalah orang pada latar penelitian. Fungsinya untuk memberikan informasi tentang situaasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian sebagai anggota tim ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar peneliti. Seorang informan harus jujur, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah atau kelompok yang mempunyai komplik dalam latar peneliti.

6.     Teknik Pengumpulan Data
            Fase terpenting dari peneliti adaalh pengumpulan data, pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengdaan data menghasilakan temuan, kalau tidak memproleh data. pengumpulan data dalam penelitian ilmah adalah prosedur yang sistematis untuk memproleh data yang diperlukan. dalam penelitian kualitatif teknik pengumpuln data yang dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan primer dan sumber skunder.  Sumber primer adalah  data yang langsung memberikan data kepadda peneliti, dan sumber sekunder merupaakn sumber yang tidak langsung memberikan data kepaad peneliti. 
            Instrumen peneliti kualitatif adalah “human istrumen” atau manusia sebagai informan ataupun yang mencari data dan instrument utama. Peneliti kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpulan data (Instrumrn). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumblah informasi yang dibutuhkan, dengan menggunakan teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi, partisipasi, studi dokumentasi, dan wawancara.

6.1   Observasi
            Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subyek dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Ada dua macam observasi yaitu observasi secara langsung maupun observas tidak langsung. Observasi merupakan pengamatan langsung “natural setting” Dengan demikian pengertian observasi kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data peneliti.

6.2   Wawancara  
            Wawancara yang dilakukan adalah untuk melakukan adalah untuk memproleh makna yang raasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak bersetruktur, dimana responden mendapat kebebaasan dan kesempatan untuk mengelukan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.
            Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jenis dari informan. Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan lebih mendalam.
            Sebagai pegangan peneliti dalam menggunakan metode interviu adalah bahwa subjek adalah informan yang tahu tentang dirinya sendiri. Dengan demikian mengadakan wawancara pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainnya.

6.3   Dokumentasi
            Selain sumber manusia (human resouerces)  melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokum-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.  Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Yang dimaksud dokumen adalah catatan kejadian atau pristiwa yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya.
7.     Teknik Pengolahan Data
7.1   Reduksi Data
            Dilakukan identifikasi terhadap unit/bagian terkecil dalam susunan yang memiliki makna bila dikaitkan dengan focus masalah penelitian. Setelah ditemmuan bagian terkecil dalam data tersebut kemudian dilakukan pengkodean terhadap setiap unit tersebut dengan tujuan agar unit tersebut dapat ditelusuri sumber asalnya.

7.2  Display Data
            Bagian data yang memiliki kesamaan dipilih dan diberi label (nama). Oprasionalisasi mengkatagorikan data dengan cara data yang diproleh  dikatagorisasikan meneurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan suatu data lainnya. setiap katagori yang ada dicari kaitannya kemudian dieri label (nama).

7.3 Analisi Data
            Analisis data adaalh suatu fase penelitian kualitatif yang sangat penting karena melalui analisis data inilah peneliti dapat memproleh wujud dari penelitian yang dilakukannya. Analisis adalah suatu upaya menguraikan menjadi bagian-bagian, sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai tampak dengan jelas. Menganalisis adalah suatu aktivitas yang tidak akan sama bentuk dan langkahnya antara satu orang dengan yang lainnya. Namun demikian, apabilan merujuk arti analisis   sebagai suatu upaya mengurai menjadi bagian-bagian, maka peneliti dapat memulai analisis dari fakta-fakta lapangan yang ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar